Penulis tidak memungkiri bahwa kemajuan teknologi informasi membawa dampak positif dan negatif bagi masyarakat dan lingkungan. Disatu sisi teknologi informasi membatu para pemancing untuk saling mengenal dan berbagi teknik mancing serta penjualan alat pancing. Namun disisi lain kemajuan teknologi informasi membawa dampak buruk bagi ekosistem.
Penulis merasa sedih melihat tayangan-tayangan mancing di TV swasta tanah air yang hanya mengedepankan hasil tangkapan bukan passion dari olahraga mancing ini yang ramah dengan alam. Sangat berbeda dengan film-film mancing produksi mancanegara yang kerap memperlihatkan selain proses fight dengan ikan juga CnR (Catch and Release) juga cara menghandle ikan tangkapan dengan baik. Selain itu kalau kita perhatikan di group-group mancing yang ada di facebook, atau tulisan-tulisan tentang mancing yang ada di forum-forum maupun di blog-blog (termasuk blog ini hehehe), banyak menayangkan foto-foto hasil tangkapan yang dijejer sedemikian rupa seperti dipelelangan ikan. Kadang saya bertanya ini foto pemancing atau nelayan yah?
Beberapa hari lalu ada seorang teman memposting liputan mancing. Lalu timbul pertanyaan dimana sisi edukasi dari tayangan ini? Tidak ada proses CnR, cara menghandle ikan pun kasar. Sebagai media edukasi tayangan ini pasti akan menjadi referensi bagi masyarakat luas bahwa mancing itu sebatas itu, tidak perlu memikirkan keseimbangan ekosistem. Sekian juta pemancing pemula dan senior menonton tayangan ini pasti galau untuk segera melampiaskan hasratnya untuk segera memancing seperti pada tayangan tersebut. Pada akhirnya pelan-pelan dan pasti species ikan asli Indonesia akan punah dari sungai-sungai tanah air, mungkin anak cucu kita tidak akan bisa menikmati mancing disungai lagi dan mereka hanya mengenal species ikan-ikan tersebut dari film dan gambar saja.
Akhir kata, jika anda pemancing, jadilah pemancing sejati yang mancing bukan karena urusan perut, jangan jadi nelayan yang mancing karena urusan perut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar